Depot Minyak Rusia Diledakkan, Moskow Minta Pembayaran dengan Rubel untuk Penjualan Energinya, UE dan Beijing Melakukan Dialog
Depot bahan bakar yang terbakar di kota Belgorod, Rusia, pada 1 April 2022. (Pavel Kolyadin/BelPressa/Handout via Reuters) |
BI XINCI & LIN MINGDI
Pada Jumat (1/4/2022) Rusia menuduh Ukraina menyerang depot bahan bakar di dalam wilayah Rusia. Pada hari yang sama, menteri luar negeri Rusia mengunjungi India dengan maksud menarik lebih dekat hubungannya dengan negara-negara Asia. Selain itu, Putin mengumumkan bahwa mulai Jumat 1 April, pihak asing yang membeli gas alam Rusia harus menggunakan nilai Rubel sebagai dasar perhitungan.
Pada hari itu terjadi kebakaran terjadi di depot bahan bakar di kota Belgorod yang dekat dengan perbatasan Ukraina yang kemudian menyebabkan ledakan.
Pihak berwenang Rusia mengatakan bahwa pagi itu 2 helikopter militer Ukraina, telah menyerang depot bahan bakar.
Ini adalah pertama kalinya Rusia menuduh Ukraina menyerang daratan Rusia.
Sebagai tanggapan, menteri luar negeri Ukraina mengatakan pada Jumat bahwa dia belum memiliki informasi militer tentang penyerangan ini.
Menteri luar negeri Ukraina mengatakan: “Saya tidak dapat mengkonfirmasi atau menyangkal keterlibatan Ukraina, hanya karena saya tidak memiliki semua informasi militer”.
Moskow pada hari Jumat mengatakan bahwa, serangan yang dilakukan militer Ukraina itu akan menghalangi pembicaraan damai berikutnya.
“Ini tidak dapat dilihat sebagai upaya menciptakan kondisi untuk menunjang kelanjutan pembicaraan damai”, kata juru bicara Kremlin Peskov.
Sehari sebelumnya, Putin menandatangani perintah untuk mendaftarkan lebih dari 130.000 tentara rekrutan baru.
Kremlin pada hari Jumat membantah bahwa tentara rekrutan baru itu akan dikirim ke Ukraina. Namun demikian, Kementerian Pertahanan Rusia mengakui bulan lalu bahwa, meskipun Putin berulang kali menyangkal, tetapi tentara rekrutan baru memang dikirim ke medan perang di Ukraina.
Putin mengumumkan pada hari Kamis bahwa mulai 1 April, pembeli asing harus membeli gas alam dalam rubel.
Putin mengatakan: “Hari ini, saya menandatangani dekrit yang menetapkan aturan untuk perdagangan gas alam Rusia dengan ‘negara yang tidak bersahabat’"
Ini berarti bahwa negara-negara Barat harus membuka rekening rubel di bank-bank Rusia untuk membayar tagihan gas alam yang mereka beli dari Rusia.
Sepertiga gas alam Eropa bergantung pada pasokan dari Rusia, yang dapat memicu krisis energi di daratan Eropa.
Namun, Putin menelepon Kanselir Jerman Olaf Scholz untuk mengatakan bahwa Jerman masih dapat membayar gas alam dengan mata uang euro, yang ditransfer ke rekening Gazprom, dan kemudian dialihkan ke rubel.
Baik Jerman dan Prancis menolak permintaan itu pada hari Kamis, dengan mengatakan bahwa itu adalah pelanggaran kontrak dan tidak bedanya dengan pemerasan. Para menteri ekonomi kedua negara mengatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan kemungkinan Rusia menghentikan pasokan gas alamnya.
Pada saat yang sama, Moskow berusaha untuk menarik kedekatan hubungannya dengan negara-negara Asia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengunjungi New Delhi pada hari Jumat untuk bertemu dengan mitranya dari India. Awal pekan ini, Lavrov juga bertemu dengan menteri luar negeri Tiongkok.
Baik Tiongkok maupun India tidak secara terbuka mengutuk invasi Rusia.
Lavrov juga mengatakan pada hari yang sama bahwa Rusia akan meningkatkan penggunaan mata uang seperti rupee India dalam perdagangan internasional.
Pada hari Jumat, Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, akan mengadakan konferensi video dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang untuk meminta Tiongkok agar tidak mendukung Rusia. (ET/Hui/sun)
0 comments