Kasus COVID-19 Memburuk di Tiongkok, Para Pejabat Diberhentikan Karena Klinik-Klinik Kehilangan Izin
Orang-orang menunggu untuk menerima vaksin COVID-19 di daerah Linquan, kota Fuyang, di provinsi Anhui, Tiongkok pada 13 Mei 2021. (AFP melalui Getty Images) |
NICOLE HAO
Partai Komunis Tiongkok menghukum puluhan pejabatnya karena semakin memburuknya wabah-wabah COVID-19 di seluruh Tiongkok. Partai Komunis Tiongkok juga mencabut izin-izin usaha tiga klinik dan para dokter yang bekerja di klinik-klinik itu pada 16 -17 Mei 2021.
Pada 17 Mei 2021 sebanyak 17 wilayah di Provinsi Liaoning di timur laut Tiongkok dan Provinsi Anhui di timur Tiongkok, ditetapkan sebagai “berisiko-menengah” untuk penularan virus Komunis Tiongkok (atau yang dikenal sebagai COVID-19).
Kekhawatiran akan peningkatan laporan-laporan kasus resmi, catatan-catatan menunjukkan 13,95 juta lonjakan dosis vaksin yang diberikan pada 16 Mei — jumlah terbesar untuk sehari sejak 24 Maret ketika rezim Tiongkok mulai melaporkan jumlah vaksinasi harian.
Menurut laporan-laporan tersebut, wabah terbaru telah dikaitkan dengan kasus yang pertama menunjukkan gejala-gejala pada awal Mei, ketika orang-orang Tiongkok memiliki lima hari libur selama masa liburan Hari Buruh. Sekitar 230 juta penumpang melakukan perjalanan.
Dengan harapan mempertahankan pekerjaannya, para pejabat Anhui menangguhkan tanggung jawabnya terhadap wabah-wabah di wilayahnya. Langkah yang dilakukan dengan mengklaim bahwa pasien pertama di wilayahnya terinfeksi di Provinsi Liaoning, sedangkan pemerintah Provinsi Liaoning mengklaim wabah-wabah di wilayahnya disebabkan oleh dua pengunjung dari Anhui.
Pada 17 Mei, para netizen Tiongkok membagikan video-video di media sosial yang menunjukkan bahwa rezim Tiongkok, sekali lagi sepenuhnya membatasi pergerakan orang-orang di seluruh bangunan-bangunan tempat tinggal dengan mengelas pintu-pintu besi yang tertutup, menempelkan segel-segel kertas, atau mengunci pintu-pintu dengan gembok-gembok besi dari luar.
“Begitu seorang warga terinfeksi (dengan virus Komunis Tiongkok), seluruh kompleks pemukiman akan disegel,” seorang pemilik bisnis di kompleks perumahan Yujingwan III di distrik Yu’an, kota Liu’an, Anhui, memberitahu media The Epoch Times (berbahasa Mandarin) dalam sebuah wawancara telepon pada tanggal 17 Mei.
Orang-orang lainnya dari Anhui dan Liaoning yang diwawancarai, menceritakan mereka menghadapi situasi serupa. Mereka mengeluh bahwa mereka tidak mengetahui situasi wabah yang sebenarnya karena kendali pemerintah Tiongkok terhadap informasi, tetapi mereka telah kehilangan kebebasan, membuat mereka khawatir bahwa mereka tidak dapat keluar jika terjadi sebuah keadaan darurat.
Rezim Tiongkok, belum bersedia melaporkan skala wabah COVID-19 di Tiongkok. Rezim Tiongkok dikritik karena hanya menggunakan tindakan-tindakan pengendalian yang ekstrim pada rakyatnya. Para narasumber dari berbagai daerah di Tiongkok memberitahu The Epoch Times, selama beberapa bulan terakhir bahwa orang-orang yang mereka cintai telah meninggal dunia. Dikarenakan, tidak dapat meninggalkan kediaman mereka yang terkunci untuk pergi ke rumah sakit pada saat menderita sakit.
Wabah-Wabah yang Memburuk
Pada 17 Mei, Anhui dan Liaoning secara resmi melaporkan infeksi-infeksi baru virus Komunis Tiongkok, dan menekankan bahwa Anhui dan Liaoning akan mempercepat pengujian massal pada semua penduduk untuk membantu menemukan semua kemungkinan infeksi-infeksi untuk karantina guna mengekang wabah.
Para penderita dari kota Liu’an dan Hefei di Anhui, serta kota Yingkou dan Shenyang di Liaoning dinyatakan positif.
Sekolah-sekolah ditutup di kota-kota tersebut dan para pejabat mengunci kompleks-kompleks perumahan, sehingga para penduduk tidak diizinkan meninggalkan rumahnya.
Provinsi Anhui maupun Provinsi Liaoning mengumumkan bahwa para penderita pertama di wilayahnya mulai mengalami gejala selama liburan Mei mulai 1 Mei hingga 5 Mei.
Seorang penderita COVID-19 yang terdiagnosis, bermarga Lv (lu), mengunjungi sebuah klinik di kota Yingkou di Liaoning pada 3 Mei, dan dirawat karena menderita sakit tenggorokan.
Rumah Sakit Shi’an di Liu’an dan Klinik Komunitas Xiangling’an di Anhui, merawat beberapa penderita selama hari libur nasional tersebut. Akan tetapi, mendiagnosis mereka dengan demam biasa dan tidak melaporkan kasus-kasus tersebut ke departemen-departemen kesehatan pemerintah setempat.
Pada 17 Mei, Liaoning memberhentikan tiga pejabat dari kota Yingkou dan memberi peringatan kepada sembilan pejabat lainnya, dengan mencatat sebuah kegagalan yang parah dalam resume-resume resmi mereka. Tiga pejabat lainnya ditegur. Pada 16 Mei, para petugas yang bertugas di komisi kesehatan distrik Yu’an dipecat, dan bos Partai Komunis Tiongkok dan walikota distrik Yu’an mengaku di depan bos Partai Komunis Tiongkok dan walikota kota Yingkou.
Tiga klinik di Liaoning dan Anhui, yang merawat para penderita selama liburan bulan dipaksa tutup dan kehilangan izin usahanya. Para dokter yang bekerja di tiga klinik itu, juga dipecat atas perintah Partai Komunis Tiongkok dan para dokter itu dilarang melakukan praktik medis setidaknya selama setahun.
Namun, rezim Tiongkok mengatakan belum mengidentifikasi asal muasal wabah tersebut, serta belum mengidentifikasi apakah virus tersebut telah menyebar ke kota-kota lain.
Asal-usul Wabah-Wabah
Pemerintah Provinsi Anhui mengatakan dalam sebuah pernyataan publik, bahwa penderita yang membawa virus Partai Komunis Tiongkok ke Provinsi Anhui telah mengunjungi lima kota di tiga provinsi dari tanggal 26 April hingga 2 Mei, termasuk Lanzhou, Dalian, Yingkou, Hefei, dan Liu’an.
Rezim Tiongkok di Provinsi Anhui menekankan bahwa penderita lain, yang termasuk di antara kelompok pertama yang didiagnosis, telah mengunjungi Yingkou dan mulai menunjukkan gejala-gejala pada 3 Mei.
Namun, pemerintah Provinsi Liaoning mengatakan bahwa, dari penyelidikan-penyelidikan pihaknya, semua penderita yang didiagnosis telah melakukan kontak dengan para pengunjung Anhui atau kontak-kontak dekat mereka. Sedangkan para pengunjung Anhui tersebut, tidak pernah melakukan kontak dengan orang-orang yang kembali ke Tiongkok dari luar negeri ketika mereka berada di Liaoning.
Wu Zunyou, seorang kepala spesialis penyakit epidemi untuk Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok, mengulangi pedoman
Partai Komunis Tiongkok mengenai topik tersebut kepada media Tiongkok The Paper pada 15 Mei: “Asal semua wabah baru di Tiongkok adalah berasal dari luar negeri, tidak peduli apakah itu manusia atau barang-barang yang menularkan virus tersebut ke Tiongkok.”
Setelah wabah COVID-19 di kota Wuhan, provinsi Hubei dilaporkan telah berakhir pada tahun 2020, rezim Tiongkok mengklaim bahwa semua kasus virus yang baru menyebar adalah berasal dari luar negeri, tanpa menyebutkan bahwa Wuhan adalah awal mula pandemi global. (ET/Vv/sun)
0 comments