Sumber: amritsa |
Layang-layang umumnya dikenali sebagai mainan tradisional, sebagaimana sebelumnya sudah pernah dibahas mengenai layang-layang purba yang ditemukan di Pulau Muna Sulawesi Tenggara atau yang dikenal dengan kaghati kolepe. Hal tersebut dikarenakan di Pulau Muna layang-layang dibuat dari daun kolepe.
Sumber: gocelebes.com |
Bahkan tradisi tersebut masih berjalan hingga kini.
"Uniknya, bahkan pemakaman warga yang berasal dari Muna masih ditutupi oleh layang-layang," terang Asep Irawan, seorang staff yang bekerja di Layang Museum di Jakarta Selatan meskipun Asep sendiri tidak mengetahui makna dari praktik tersebut.
Kaghati kolepe menjadi salah satu dari koleksi layang-layang yang hadir di museum yang terletak di Pondok Labu, Jakarta Selatan tersebut.
Seasia telah merangkum fakta-fakta mengenai layang-layang tertua di dunia ini untuk kalian yang masih belum mengenali warisan budaya Indonesia yang satu ini:
- Hingga 1997, Tiongkok dikenal sebagai penemu layang-layang pertama dunia. Tetapi, pada 1997, seorang berkebangsaan Jerman, Wolfgang Bieck, yang ternyata seorang pencinta layang-layang serta ahli dalam dunia layang-layang, menyatakan bahwa Kaghati kolepe lah kayang-layang pertama di dunia.
- Wolfgang tertarik dengan layang-layang dari Indonesia sejak International Kite Festival Berck sur Mer yang diadakan di Perancis pada 1997. Berkat ketertarikannya terhadap Kaghati kolepe, Wolfgang memutuskan untuk berkunjung ke Pulau Muna untuk mempelajari lebih lanjtu mengenai layang-layang purba tersebut.
- Pada kesempatan ini Wolfgang berkesempatan untuk melihat sebuah lukisan di dalam gua Sugi Patani, yang terletak di desa Liang Kabori, Pulau Muna. Di dalam gua tersebut terdapat sebuah lukisan yang mengilustrasikan seseorang sedang menerbangkan layang-layang. Disinilah penelitian Wolfgang bermula.
- Hasil penelitian tersebut dinyatakan oleh Wolfgang bahwa Kaghati kolepe dari Pulau Muna, Sulawesi Tenggara merupakan layang-layang pertama yang pernah diterbangkan oleh manusia.
- Kaghati kolepe merupakan layang-layang unik dikarenakan material utamanya adalah daun kering dengan kulit bambu.
- Zaman dahulu, para pendahulu Pulau Muna menerbangkan layang-layang sebagai metode spiritual. Kaghati kolepe yang sedang terbang diharapkan sebagai penuntun terhadap Tuhan yang berada di langit. Diterbangkan selama 7 hari dan kemudian dibiarkan terbang terbawa angin di hari ke-7. Dipercaya bahwa layang-layang tersebut kaan menajdi penuntun bagi jiwa sang pemilik saat telah meninggal menuju kemana Tuhan berada.
Sumber: pembawa berita / Google Images - Semenjak masuknya Islam di Pulau Sulawesi, budaya tersebut telah berubah sebagai hiburan semata.
- Material untuk membuat Kaghati relatif cukup mudah ditemukan di sekitar Pulau Muna. Daun Kolepe atau umbi hutan sebagai badan layang-layang, kulit bambu sebagai kerangka, serat nanas yang dipilin sebagai benang (layang-layang modern mengenakan tali)
- Ukurannya tergantung selera pembuatnya, namun rata-rata ukurannya sebesar manusia dewasa.
- Meskipun terbuat dari material alami, Kaghati merupakan layang-layang yang cukup kuat untuk terbang tinggi dan bertahan berhari-hari. Kaghati yang merupakan bahan utama disusun sedemikian rupa hingga menjadi kuat dan tahan air.
- Selain itu, biasanya pembuat Kaghati akan membuat kamumu pada dua sisi dari Kaghati kolepe. Kamumu akan membuat suara saat diterbangkan ke udara. Hal tersebut dilakukan untuk membedakan Kaghati kolepe satu dengan lainnya.
Sumber: Seasia.co
0 comments